Kejutan Manis Di Hari Ibu

12346291_925198367565920_405449913_n

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (Al Isra : 24)

Ini bukan apa-apa, hanya sedikit kejutan manis untuk perempuan super yang Allah SWT takdirkan untuk menjadi ibu saya dan terkadang saya panggil dengan sebutan bunda, mama terkadang juga mamam. Bisa dibilang, ini kali pertama saya memberi sebuah hadiah manis di hari ibu, karena buat saya yah setiap hari ya hari ibu.

Sebenarnya, gimana sih sejarah hari ibu itu sendiri?

Hari Ibu diperingati dengan berbagai alasan. Di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Ibu atau Mothers Day dirayakan pada bulan Maret. Hal itu berhubungan dengan kepercayaan mereka memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah atau mitologi Yunani Kuno. Di negara seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Belanda, Malaysia, dan Hongkong, Hari Ibu diperingati pada hari Minggu kedua bulan Mei. Karena hari itu pada 1870 seorang ibu aktivis sosial, Julia Ward Howe, mencanangkan pentingnya perempuan bersatu menghentikan Perang Saudara di Amerika yang belum berserikat. (Via : eramuslim )

Lalu, bagaimana menurut Islam?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya siapakah yang lebih utama bagi kita untuk berbuat baik? Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : ibumu, ibumu, ibumu lalu bapakmu.

Kalau kita melihat sejarah hari ibu yang berasal dari negara Barat, mungkin mereka membuat hari Ibu sebagai bentuk pengingat bahwa mereka harus benar-benar menghormati ibu, karena (mungkin) di negara barat sana sudah mulai melupakan ibu atau peran orang tua. Sedangkan perayaan seperti ini sebenarnya tidak ada di dalam Islam, karena memang dalam Islam, banyak ayat yang menerangkan bahwa kita harus berbakti kepada orang tua.

Ada beberapa ulama yang menyebutkan bahwa memperingati hari seperti hari ibu merupakan kegiatan meniru-niru atau menyerupai kebiasaan masyarakat lain, alias tasyabbuh. Tetapi, tidak sedikit pula ulama yang membolehkan memperingati Hari Ibu dengan syarat bahwa penghormatan kita terhadap ibu tidak hanya kita batasi pada hari itu saja, juga tanpa harus menganggap hari itu sebagai sebuah hari raya (karena hari raya dalam Islam hanya dua: Idul Fitri dan Idul Adha), dan juga tanpa ada unsur meniru-niru kebiasaan masyarakat non-Muslim di Barat yang terlarang (misalnya: meminum minuman keras, dan lain-lain). Pendapat seperti ini antara lain dianut oleh Syaikh Faishal Maulawi, salah seorang ulama Muslim di Eropa.

Menurut dia, persoalan memperingati Hari Ibu terletak pada dua hal. Pertama, menjadikan hari itu sebagai hari raya dalam pengertian syariat Islam dan, kedua, mengkhususkan penghormatan dan pengabdian kepada ibu hanya pada hari itu saja. Maka, lanjutnya, jika kedua hal tersebut tidak ada, memperingati Hari Ibu boleh-boleh saja. Kalaupun itu dianggap sebagai meniru-niru (tasyabbuh) budaya Barat, menurut Maulawi, itu tasyabbuhyang dibolehkan. Karena tasyabbuh yang dilarang adalah tasyabbuh pada hal-hal yang memang spesifik ajaran agama dan/atau budaya mereka dan tidak ada akarnya atau dasarnya dalam budaya/ajaran Islam. Sedangkan menghormati ibu jelas sekali ada dasarnya dalam syariat Islam.

Ulama yang lain, Syaikh Abdul Fattah Asyur, salah seorang ulama Al-Azhar, Mesir, berpendapat bahwa sejauh ini umat Islam tidak memandang Hari Ibu sebagai sebuah hari raya yang bersifat keagamaan (dianggap sebagai ritual keagamaan, ‘îd dînî), tetapi lebih merupakan sebuah bentuk ekspresi rasa cinta, kasih, sayang, penghormatan, dan pengabdian anak kepada ibunya yang memang amat berjasa dalam hidupnya. Memperingati Hari Ibu dengan pemahaman seperti itu, menurutnya, bukan sebuah bentuktasyabbuh terhadap budaya tertentu. Dalam memperingati Hari Ibu, kita tetap melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan tidak melakukan apa-apa yang dilarang-Nya. Dengan begitu, ini bukan tasyabbuh, juga bukan meniru-niru agama lain. ( Via : Yayasan Asy-Syihab )

Saya pribadi tidak pernah menganggap hari ibu sebagai hari yang sakral dan hari dimana kita harus sayang sama ibu, hari ibu itu ya setiap hari, dimana setiap hari kita memang harus tunduk, patuh serta menghormati dan sayang kepada orang tua, walaupun saya memang masih sering sekali bandel, masih sering banget bikin mamah ngoceh setiap hari, tapi dilubuk hati saya paling dalam, saya sangat sayang & bangga sama ibu saya, semoga beliau juga bangga punya anak seperti saya, aamiin.

Kali ini, saya tutup dengan sebuah lirik dari Sakha :

Air wudhu’ selalu membasahimu…
Ayat suci selalu dikumandangkan…
Suaramu penuh keluh dan kesah…
Berdoa untuk putra putrinya…

Oh ibuku…
Engkaulah wanita…
Yang ku cinta selama hidupku…
Maafkan anakmu bila ada salah…
Pengorbananmu tanpa balas jasa…

Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=7OmPGINr0V8 

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *