Anak Susah Makan Dan Berat Badannya Stuck? Begini Solusinya!

Hai Buibu, gimana apa masih “waras” sampai saat ini? semoga kalau lagi capek & suntuk, bisa balik fresh lagi ya, Bu!

Ngomongin anak itu, pasti deh nggak jauh dari ngomongin anak yang susah makan terus berat badannya stuck! Saya rasa, hal ini jadi pemicu kepusingan banyak Ibu, termasuk saya. Saya akan cerita mengenai pengalaman saya, waktu anak pertama saya (Yaya) berat badannya stuck. Simak cerita ini sampai selesai yah, kali aja bisa jadi tambahan pengetahuan untuk kalian. *peluk online*

Si Picky Eater

Anak saya dari bayi, tergolong bukan anak yang “gragas” untuk urusan makanan, apalagi pasca saya tinggal untuk pergi umroh, si Yaya jadi selektif banget soal makananm, sampai akhirnya saat Yaya usia 15 bulan mengalami demam, saya bawa ke Dokter Spesialis Anak (DSA) & beliau malah membahas mengenai BB Yaya yang kurang dari standart, alhamdulillahnya, belum sampai di garis merah, makanya DSA memberi petuah agar saya menjalani apa yang ia perintahkan.

Emang Kenapa Kalau Anak Kurus?

Kurus mungkin hanya tampilan luarnya saja ya, yang paling penting adalah BB nya, kalau anak memiliki BB yang kurang, apalagi sampai ada di garis merah, berarti si anak mengalami gizi buruk. Anak yang memiliki gizi buruk akan sangat mempengaruhi perkembangan otaknya, jadi tolak ukur anak 0 – 10 tahun itu gizinya baik adalah dengan melihat dari berat badannya yang sesuai indikator dari WHO.

Idealnya, anak perempuan usia 15 bulan itu BB nya 7,6 – 12,4 Kg, saat itu Yaya ada di BB 9,0 Kg & perawakannya cukup kurus, maka dari itu DSA memberi arahan agar saya mengejar BB Yaya agar ketika usia 2 tahun nanti, Yaya punya “tabungan” berat badan. Karena anak seusia Yaya pasti akan sangat aktif, sehingga makanan & BB perlu di Boost agar nggak ketinggalan.

Lalu, apa aja yang disarankan DSA untuk mengejar BB Yaya yang sedikit ketinggalan?

Makan Besar 3x + 2x Cemilan

Jadi tuh, DSA kasih tips kalau pemberian makan pada anak yang baik adalah sedikit tapi sering, kalau bisa 5x makan besar dengan porsi sedikit-sedikit. Anak itu nggak seperti orang dewasa yang bisa dipaksa, jadi ada baiknya berikan makan sesering mungkin, ibaratnya nih ya “jangan kasih kosong tuh mulut”.

Ini beneran saya terapkan ke Yaya, jadi kalau kasih makan tuh 1 periode palingan 4-5 suap, udah berhenti, nanti 2 jam kemudian lanjut kasih snack yang berkalori seperti udang goreng, dory tepung, telur puyuh, susu, dan lain-lain yang penting ada kalori & bergizi! Jadi, bhay snack bayi yang gurih tapi nggak ada kalorinya itu!

Jangan kasih susu / cemilan, kalau belum makan besar

Ini agak sulit awalnya, karena Yaya terbiasa minta susu setelah bangun pagi, akhirnya saya ubah polanya, setelah bangun tidur langsung mandi supaya segar, kemudian saya bawa ke teras supaya dia bergerak badannya & kemudian laper, setelah itu saya suapi dengan makanan besar dengan pakem dari dokter (berkalori, dobel prohe). Bener-bener saya suapi, supaya saya bisa memastikan makanan masuk ke tubuhnya.

Saat makan pun, silakan sambil main, baca buku atau apalah sesuka dia! Bhay-bhay makan anteng di booster seat! Saya memilih untuk benar-benar memastikan makanan ini masuk ke tubuhnya, karena kalau dipaksakan duduk anteng, yang ada dia nggak mau makan, malah BB nya nggak akan naik & berimbas kepada perkembangan otaknya. Gapapa, nggak makan dengan anteng, gapapa makan sambil mainan (puk puk diri sendiri & menguatkan diri sendiri, say goodbye idealisme). Alhamdulillah, dengan metode makan petakilan gini, Yaya bisa menghabiskan lebih dari 5 suapan!

Untuk Camilan pun, saya ganti! Dulu Yaya suka saya kasih biskuit beras atau chiky bayi itu, semenjak mendapat petuah dari DSA, saya mengganti camilan Yaya dengan udang tepung, dory tepung, terong krispi, kroket, nugget yang saya buat sendiri, pudding susu, roti bakar, pisang coklat dan apapun yang memiliki nilai kalori. Gara-gara Yaya, saya jadi sering masuk dapur & masak. Hebat yah, anak bisa mengubah kita, semua demi anak.

Double protein hewani

Saat itu, DSA memberi arahan kalau bisa memberi makan dengan menu dobel prohe supaya sekali masuk bisa banyak kalorinya, anak 0-3 tahun itu jauh lebih butuh prohe ketimbang sayur & buah. Karena proses pembentukan otak itu butuh lemak dari prohe. Yasudah, saya selalu nyetok telor puyuh, karena walau kecil gini, telur puyuh jagoan karena punya nilai kolesterol yang tinggi.

Susu tinggi kalori

Nah, ini adalah bagian yang bener-bener harus sesuai petunjuk dokter yah, gak boleh asal kasih ke anak! Jadi, DSA menyarankan saya untuk memberikan susu tinggi kalori ke Yaya, kalau dulu Yaya minum susunya UHT, kali ini susu tinggi kalori. Dari beberapa merk yang DSA ajukan, saya memilih untuk memberikan Nutrinidrink botolan siap saji, karena Yaya hanya suka susu rasa coklat. Pemberiannya pun di atur oleh DSA, saat itu Yaya harus minum 2 botol per hari.

Ini lumayan menguras kocek banget, karena harga per-botol Nutrinidrink itu 25.000, terasa banget Ibunya jadi nggak bisa jajan skincare dulu, supaya anak bisa sejahtera! Kalau Yaya harus minum susu 2 botol dalam satu hari, berarti kalau 1 bulan, yaya menghabiskan 60 botol susu. 60 x Rp. 25.000 = Rp. 1,500,000. Udahlah Ibunya mikir tiap hari harus bikin menu dobel prohe apa, supaya anaknya nggak bosen, harus keluarin budget extra pula untuk susu. Emang yah, semua demi anak. Rela Ibu nak, biar kamu sehat & tumbuh dengan optimal.

Suplementasi

Ini juga nggak boleh sembarangan yah, harus sesuai petunjuk dokter. Emang sih, banyak suplemen yang beredar di pasaran, tapi baiknya konsultasikan aja, jadi nggak asal kasih ke anak.

Saat itu, Yaya dapet suplemen gabungan antara Curvit + Vitabumin, diminum 1x sehari. Alhamdulillah, anaknya suka & suplemen ini terjangkau banget harganya, 1 botol habis dalam 1 bulan.

Terus, setelah di Boost, gimana BB nya?

Setelah saya berjuang sekitar 1,5 bulan dengan skema makan seperti di atas, alhamdulillah BB Yaya bisa naik dari 9,0 Kg menjadi 10,5 Kg! Alhamdulillah, sekarang BB Yaya udah nggak kejar-kejaran banget & badannya juga sudah terlihat agak berisi.

Jujur, sampai hari ini usia Yaya 30 Bulan pun, saya masih menerapkan pola makan seperti arahan DSA, namun sudah tidak perlu minum Susu tinggi kalori lagi, pemberian susu boleh saya lakukan jika Yaya bener-bener nggak mau makan. Alhamdulillah, belum terjadi sih, sekarang malah anaknya kalau makan sudah lahap, apalagi kalau makan pakai ikan lele. Serius deh, itu lele bisa habis 2 ekor! Gapapa lah, hajar terus nak! Ibu malah seneng kalau Yaya makan banyak, hehehe

Nah, sekian cerita dari saya yah, semoga bisa menjadi manfaat bagi Ibu-ibu semua yang anaknya lagi susah makan atau lagi mengalami BB yang kurang. Baiknya, lakukan dulu double prohe kalau memang belum ada kesempatan untuk konsultasi dengan DSA.

Boleh juga loh bu, kalau kalian mau cerita pengalaman kalian, kita ngobrol di komen yah 🙂

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *