Islam Itu Fitrah, Mualaf Itu Pilihan!

Qiyamullail
Qiyamullail

 

Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur-an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” [At-Taubah: 33]

Sebenarnya, saya sudah lama sekali ingin menuliskan ini, namun entah kenapa saya pun baru benar-benar tergerak ketika sahabat saya Nikita menuliskan topik yang sama dengan yang ingin saya tuliskan, kenapa kami sehati sekali untuk menulis topik yang sama? ya karena kami ada di moment tersebut secara bersamaan, hehehe dan … nik, gue izin ya pake judul yang sama, soalnya sepakat banget sama ini judul! 

Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” [Al-An’aam: 125]

Kalau membaca Al-An’aam tersebut, saya yakin bahwa saya adalah manusia yang sangat beruntung karena masih dikarunia hidayah dan nikmat islam oleh Allah SWT, saya bersyukur atas izin-Nya kaki ini sangat ringan menuju tempat-tempat kajian terutama Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) walaupun letaknya cukup jauh dari rumah saya, alhamdulillah. Di penghujung akhir tahun 2015 ini saya diberi kesempatan untuk mendalami Al-Quran & Islam di MASK setiap hari Sabtu dengan program BMAQ lalu dilanjutkan dengan Dinamika Kelompok (DK) setelah sholat Magrib.

Hari itu, DK terasa sangat berkesan sekali! Bukan karena hari itu adalah DK pertama saya, tapi karena salah satu dari peserta DK menceritakan bahwa ia baru saja masuk Islam kurang dari 6bulan lalu, sebut saja ia Hawa (Karena beliau meminta agar menyamarkan nama nya jika saya ingin menuliskan kisahnya di blog).

Hawa pun mulai bercerita bahwa sebenarnya ia lahir dalam keadaan islam, kedua orang tua dan adik-adiknya seorang muslim, sampai pada satu saat Hawa harus merelakan kedua orang tua nya berpulang lebih dahulu saat Hawa masih duduk di bangku SD, kemudian Hawa dan adiknya diasuh oleh Bu’de nya yang notabennya non muslim, lalu Hawa beserta adiknya tumbuh mengikuti ajaran agama sang bu’de. Saya tidak ingin menyebutkan agama apa yang dianut oleh bu’de nya, karena tidak ingin menyudutkan agama manapun, dan kebetulan adik serta kakak dari ayah saya menganut agama yang sama dengan bu’de Hawa.

Setelah lulus sekolah, Hawa pun merantau ke Jakarta. Ia termasuk anak yang taat beribadah, rajin mengunjungi tempat ibadahnya bahkan aktif sebagai di organisasi remaja agama tersebut. Hingga pada suatu hari, ia merasakan ada hal yang aneh, ‘bener gak sih yang gue yakini sekarang?’ begitu kata Hawa dalam hatinya, ia pun mulai meragukan serta merasa ada kejanggalan dengan apa yang ia jalani saat ini. Sampai akhirnya pada suatu hari ia ketoko buku dan menemukan buku yang membahas mengenai Islam dan beberapa agama lainnya. Dalam buku tersebut dia menemukan bahwa Islam mengajarkan makna tauhid, percaya pada yang satu, Allah SWT. Hal ini membuat keyakinannya berkecamuk, semakin meragukan apa yang dia yakini kini.

Akhirnya, dia pun bercerita ke teman kos nya mengenai hal ini dan meminta agar dia bisa ikut ke kajian di MASK bersama temannya itu, karena memang Hawa tau kalau temannya aktif di RISKA (Remaja Islam MASK). Dan, atas izin Allah pula ketika Hawa datang untuk ikut ke kajian, temanya pun membahas mengenai Tauhid dalam islam dan membuat hatinya semakin tergetar dan meyakini mengenai Islam. Akhirnya Hawa pun bertanya ke teman kosnya itu mengenai cara menjadi Islam, akhirnya Hawa bertemu seorang ustadz yang memang mengurusi pembinaan bagi mualaf di MASK.

Hari demi hari Hawa lalui, hati nya semakin yakin untuk menjadi mualaf, namun ia merasa takut, cemas serta bingung bagaimana caranya untuk mengatakan hal ini ke adik dan keluarganya? Namun, sang ustadz menyampaikan bahwa jika kita memilih untuk ada di jalan Allah SWT, maka Allah SWT akan memudahkan semuanya. Akhirnya, Hawa pun resmi menjadi mualaf bertepatan dengan bulan Ramadhan 2015. Masyaallah, Allahuakbar!

Hawa pun berkata kepada adiknya, bahwa ia memilih jalan ini karena memang ia mencari serta menemukan Islam untuk ia yakini, bukan karena pengaruh atau ajakan orang lain. Ia pun berpesan, jika adiknya untuk tidak asal mengikutinya untuk masuk islam, sebelum dia benar-benar mencari dan menemukannya seperti Hawa.

Ya, memang agama adalah keyakinan. Keyakinan yang dianut atas dasar yakin. Dan rasa yakin itu pun timbul karena tahu serta memaknai apa yang sedang kita yakini saat ini. Sekarang, baik saya, Hawa dan teman-teman se-angkatan BMAQ pun terus ber-proses menjadi muslimah yang baik, yang kaffah, serta saling berlomba untuk mencari Ridho Allah SWT, insyaallah. Semoga Allah SWT selalu menjaga ke-istiqomahan kami semua dan memberikan petunjuk serta kasih sayangnya ke kita semua, aamiin.

Terima kasih Hawa, dari mu saya belajar banyak hal. Saya akhiri tulisan ini dengan membaca serta menuliskan dua kalimat syahadat.

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH – Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah utusan Allah.

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *