Pengalaman Melahirkan Normal Anak Pertama Dengan Minus Mata Tinggi

kalau kamu mempunyai minus tinggi & khawatir nggak bisa lahiran normal, baca aja tulisan ini sampai habis yah

Assalamualaikum semua! Kali ini saya akan cerita mengenai sesuatu yang sudah saya tunggu-tunggu, yaitu proses melahirkan! Ya, sudah sangat saya dan keluarga besar nantikan, karena kebetulan dikeluarga saya, ini adalah cucu pertama, yeayh!

Kebetulan, dari awal memang saya sudah diberikan HPL (Hari Perkiraan Lahir) oleh dokter yaitu tanggal 19 Februari 2018 dengan hitungan kehamilan 40 week. Saat sudah masuk di bulan Februari ya saya pun sudah mulai dag-dig-dug karena dokter pun mengatakan jika saya bisa saja merasakan mules kontraksi kapan saja di bulan Februari ini. Awalnya bingung sih karena saya juga nggak tau kalau mulesnya kontraksi itu akan seperti apa rasanya, ada yang bilang sakit banget, ada yang bilang rasanya kayak sakit mau pup, ada yang bilang ya nyeri kayak mau menstruasi, dan saya pun hanya bisa menunggu gelombang cinta itu datang!

Awal Februari

Sebenarnya, saat Februari datang ya saya sudah cukup siap jika saya harus lahiran pada awal bulan, hanya saja Allah SWT menguji keluarga suami dengan masuknya Bapak mertua ke RS dan harus menjalani pengobatan di ICU karena mengalami sumbatan pada pembuluh darah. Saya yang tadinya sudah siap lahiran pun memberi afirmasi & obrolan kepada anak yang ada di dalam perut agar ia jangan keluar dulu sebelum mbah Akungnya sembuh. “Dek, doakan mbah supaya cepat sembuh, kamu keluar nunggu mbah sembuh dulu yah, jangan sekarang supaya nanti mbah juga bisa nemenin kamu saat lahiran”Β  ya, kira-kira ucapan seperti itu yang saya katakan kepada calon buah hati saya. Namun, Allah SWT pun punya kehendak lain, tepat 1 pekan bapak masuk ICU, Allah SWT menjeput bapak pada tanggal 8 Februari 2018. Saya pun sangat merasakan duka yang dalam, karena merasa sedih sekali namun tetap harus tenang supaya saya nggak kontraksi hari itu.

Setelah masuk di usia kehamilan 39 week, suami serta keluarga saya pun seperti sudah nggak sabar menunggu saya lahiran, saya ingat betul pada tanggal 16 Februari keluarga selalu ngomong sambil mengusap perut saya supaya segera lahir, karena saat itu sedang long weekend Chinese New Year jadi ya biar saya lahiran dan keluarga pada libur kerja, yasudah saya pun juga mencoba beberapa cara induksi alami seperti jalan kaki yang banyak (Saat itu saya jalan kaki ke pasar, ke ruko buat nyari sarapan), makan kurma sampai nggak sadar saya ngabisin setoples kurma 500gr, makan nanas madu, minum air kelapa ijo, enjot-enjotan di gym ball dan naik turun tangga di rumah. Tapi, ya si dedek belum menunjukkan gelombang cinta juga sampai tanggal 18 Februari siang.

Saya cukup khawatir karena sampai tanggal 18 Februari jam 13.00 WIB belum juga ada tanda kontraksi, dokter kandungan saya berpesan jika sampai tanggal 19 Februari (HPL) belum mules juga, saya harus kontrol lagi dan akan diberi tindakan. Nah, saat itu saya hanya berfikir akan dapat 2 pilihan tindakan nih! Antara di Induksi atau di operasi sesar! Ibu saya pun bilang supaya jangan sampai di induksi, karena rasanya akan sangat sakit sekali & berdoa juga supaya saya nggak di sesar, saya pun memilih untuk tetep stay cool & percaya kalau si dedek bisa lahir dengan normal karena saya pun nggak punya indikasi medis yang membahayakan, sekalipun saya minus 6 tapi baik dokter kandungan maupun dokter mata pun memperbolehkan saya untuk tetap normal.

18 Februari 2018

Hari ini, kota Bekasi hujan rintik dan saya beserta suami serta mamah-mamah (ibu ku & ibu mertua) memilih untuk jalan pagi ke pasar, ya mereka belanja sedangkan saya hanya butuh jalan kakinya aja sambil nyemil jajanan pasar! Pulang dari pasar kami masih sempat makan soto ayam dan saat dirumah saya pun masih sempat masak bareng ibu. Setelah dzuhur, saya pun memilih untuk tidur siang kemudian saya terbangun jam 15.00 karena merasa sakit perut seperti mau pup, saya pun menuju kamar mandi bawah karena dibawah pakai toilet duduk. Setelah “nongkrong” beberapa saat, kok ya nggak mau pup yah? akhirnya saya keringkan bagian V menggunakan tissue dan taarraaa ada semacam lendir dan bercak darah tipis gitu!! Saya sih nggak panik, keluar kamar mandi saya cuma bilang ke orang rumah kalau saya sudah mulai keluar flek, semua pada panik & ngajak ke RS, tapi saya memilih untuk nanti aja deh abis magrib karena kalau sekarang ke RS takut nanti malah disuruh pulang lagi, yasudah saya memilih untuk rebahan dikamar terus mandi, pakai alis, bedak, gincu, dan berharap kalau hari ini akan lahiran, wajah saya cakep gitu. hahahaha

Selepas sholat Magrib, saya, suami, ibu dan tante menuju RS sudah dengan membawa koper serta tas kecil berisi alat makeup & skincare saya. Saat itu, rasa mules sudah lumayan sakit tapi saya berfikir mungkin baru pembukaan 1, soalnya kan kata orang kalau kontraksi itu sakit banget, saat itu ya saya masih biasa aja sih. Sesampainya di RS, saya masuk IGD kemudian dibawa ke ruang bersalin untuk dicek pembukaan. Ternyata, setelah dicek saya pun sudah masuk ke pembukaan 5 dan sudah harus stay di RS.

Saya ingat betul rasa kontraksi bertambah intens di setiap menitnya, kalau dirasa-rasa yah kontraksi itu campur aduk sih, seperti mules mau menstruasi campur mules mau pup dan pinggang belakang rasanya super sakit, linu maunya di usap-usap terus! Udah gitu, nggak tau kenapa selama kontraksi dari jam 19.00 – 22.00 saya merasa ngantuk, tapi nggak bisa tidur karena keluarga saya pada kumpul di dekat saya dan berisik, bikin saya nggak nyaman sih sebenernya, tapi mau ngomel juga nggak sanggup, hahaha jadi yaudah saya tiduran miring kiri, sambil ngantuk tapi nggak bisa tidur karena berisik dan sakit. Kontraksi semakin intens dan pada jam 22.00 WIB, bidan mengecek pembukaan dan sudah masuk ke pembukaan 8 dan saya harus lepas sarung yang saya gunakan karena sudah sangat banjir, saya mengira ketuban sudah pecah tapi ternyata saat itu yang keluar dan bikin sarung basah kuyup adalah lendir yang bercampur darah!Oia, kata bidan saat itu, normalnya sih pembukaan akan maju 1 setiap 1 jam, jadi saya dan suami memprediksi akan pembukaan lengkap jam 00.00! Kemudian bidan pun memasangkan infus dan menyuntikkan cairan kedalam infusan, katanya sih cairan untuk pematangan paru-paru gitu dan rasanya bikin miss V guatel tapi nggak boleh di garuk! Untung cuma berlangsung sekitar 5 menit.

Ternyata, asumsi bidan tidak tepat! Sekitar jam 22.30 (lupa tepatnya jam berapa), perut saya terasa ada yang dorong dari dalam, seperti kebelet pup super kebelet dan bikin saya yang sudah banjir lendir ini refleks mengejan karena sudah super banget rasanya dorongan dari dalam perut. Saya pun meminta suami untuk segera memanggil bidan dan dokter karena saya sudah sangat nggak sanggup! hahaha soalnya rasa ngantuk, mules, rasa kayak kebelet pup, nyeri pinggang semua campur aduk! Nggak lama, para bidan pun datang untuk cek pembukaan dan ternyata sudah lengkap! peralatan perang pun segera masuk.

Perang Dimulai

Setelah bidan bilang kalau pembukaan saya sudah lengkap, saya pun hanya bisa istighfar karena saya nggak mau terlalu lepas kontrol dengan berteriak yang nggak penting. Saat itu, dokter obgyn kesayangan saya pun belum datang, jadi yang menangani persalinan saya ya bidan. Setelah alat siap, bidan pun bilang bahwa ketuban saya masih utuh, akhirnya dipecahin deh dan terasa seperti ada cairan hangat yang ngucur, tapi saat itu bidan bilang bahwa air ketuban saya sudah hijau, suami saya yang berdiri di samping kanan pun mencoba menyemangati saya layaknya lagi jadi supporter bola!

Saya lupa saat itu ada berapa bidan, kalau nggak salah 3 bidan deh, 1 bidan di kiri saya mengecek detak jantung bayi, 2 lainnya di depan saya menunggu bayi keluar. Bidan pun memberi arahan cara mengejan dan saya ikuti dengan cukup ngos-ngosan sambil menghirup oksigen yang bidan pasang. Rasanya benar-benar berat banget mengejan, seperti lagi sembelit tapi sekian kali lipatnya gitu! Saya yang mencoba mengejan dengan sekuat tenaga pun tidak bersuara heboh layaknya di film-film gitu, saat kepala bayi sudah muncul sebagian, bidan dan suami saya pun menginstruksikan agar menarik nafas yang dalam dan mengejan seperti lagi marah dan mau nampol orang! hahaha bahkan suami saya pun bilang kalau saya mau nyakar tangannya, silakan! Tapi, saya justru hanya menarik nafas yang dalam dan mengejan sambil berucap “Allahu Akbar”, entah hanya kalimat itu yang selalu keluar dari mulut saya saat proses mengejan.

Saat mengejan yang terakhir kali, akhirnya bayi saya pun berhasil keluar dan saya rasanya sangat lega. Tapi, saya cukup khawatir karena bayi saya keluar tidak nangis, karena kemungkinan sempat menelan air ketuban yang sudah hijau dan tali pusat ternyata terikat seperti simpul-simpul, sehingga bayi saya kurang mendapat aliran oksigen dengan baik, tapi alhamdulillah setelah beberapa menit di puk-puk dan dibersihkan, saya bisa mendengar tangisan bayi saya walaupun tidak sekeras yang saya bayangkan, hehehe

Selepas bayi saya dibersihkan, ia pun langsung dibawa ke ruang perinatologi untuk di observasi dan dilakukan tindakan karena bayi saya masih dalam keadaan lemas. Ya, sedih sih saya nggak bisa IMD, bahkan saya pun nggak bisa nyentuh serta melihat bayi saya langsung saat itu juga, tapi ya saya ikhlaskan saja supaya bayi saya bisa segera mendapat pelayanan yang baik. Nggak lama dari itu, bidan pun kembali membersihkan saya dan placenta pun diserahkan ke keluarga saya. Entah, setelah placenta diserahkan dan bayi dibawa ke ruang perina, mendadak ruangan saya langsung sepi dari keluarga! Ya, mungkin mereka pun memilih untuk stay di ruang tunggu untuk mengabari saudara dan kerabat kalau saya sudah melahirkan putri kecil yang kami beri nama Alea Jira Nugraha, yang dengan nama ini saya serta suami berharap kelak anak kami bisa menjadi pribadi yang rendah hati walau dunia sekitarnya tinggi, karena arti dari Alea adalah rendah hati. Jira adalah singkatan nama suami dan saya yang ternyata memiliki arti permata. Ya, semoga kelak jika anak kami menjadi permata, ia tetap rendah hati selalu yah.

Proses Jahit Yang Tak Terlupakan

Setelah bayi dibawa ke ruang perina, placenta sudah keluar dan bidan sudah membersihkan saya, nggak lama dokter pun datang untuk menjahit bagian yang sepertinya sengaja disobek oleh bidan! Jujur, saat disobek itu nggak terasa sih. Saat dokter melakukan jahitan, saya langsung kaget karena rasanya luar biasa sakit! Saya lupa sih ini di bius atau enggak? tapi rasanya aduhai! Waktu kontraksi sampai mengejan saya kalem, nggak teriak-teriak, cenderung santai, tapi saat proses penjahitan saya nggak bisa bohong kalau ini sakit banget, yasudah saya teriak sekenceng-kencengnya! “Allahu Akbar, Allahu Akbar” tapi dengan nada keras dan sambil nangis! huhuhu disaat seperti ini malah nggak ada suami, saya pun nggak bisa melupakan rasa sakitnya sampai hari ini.

Nggak tau ada berapa jahitan, yang jelas sakit dan agak lama jahitnya, tapi setelah selesai yah alhamdulillah nggak sakit, saya bisa langsung jalan ke kursi roda untuk menuju ke ruang inap dan bisa duduk tanpa rasa sakit. Jalan dari kasur ke toilet untuk kemudian pipis pun nggak sakit, hanya saja ya saya jalannya seperti pengantin sunat gitu, agak ngangkang dan pelan-pelan! hahahaha Oia, awalnya saya pengen mengabadikan proses persalinan ini melalui video, tapi semuanya buyar dan nggak ada satupun foto saat saya melahirkan, cuma ada foto bayi saya saat sudah rapih dan akan dibawa ke ruang perina! Hahaha jujur aja, bahkan saya yang awalnya mau lahiran dengan wajah yang cantik, ya pas di ruang bersalin sudah nggak ke kontrol deh pasti wajah saya, rambut acak adul pun ya bodo amat deh~

Saya mendapat perawatan selama 2 hari dan alhamdulillah saat saya boleh pulang, bayi saya pun diperbolehkan pulang juga, jadi saat dimobil itu adalah kali pertama saya menggendong dan melakukan nenen kepada bayi saya, rasanya nyeeessss….. saya merasa sungguh mendapat keajaiban bisa mengandung, melahirkan dan menggendong bayi yang selama ini ada dalam perut saya! Betapa Allah SWT sangat ajaib, saya nggak habis pikir aja gitu, bener-bener ajaib dan memang Allah SWT maha kuasa! Nah, pas sudah sampai dirumah, drama yang sesungguhnya pun dimulai! hehehe nanti yah, akan saya ceritakan di lain waktu.

Perhatikan hal ini

  • Jika kamu memiliki minus mata yang tinggi seperti saya, agar tidak khawatir berlebihan kamu bisa memeriksakan mata kamu ke dokter mata. Waktu saya sih, obgyn bilang kalau nggak ada hubungannya minus mata tinggi dengan lahiran normal, supaya saya nggak khawatir obgyn menyarankan saya untuk konsultasi ke dokter mata. Setelah saya konsul & periksa, dokter mata pun menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh antara minus tinggi dengan proses mengejan, saya pun tenang. Kemungkinan ibu hamil yang nggak boleh lahiran normal karena minus tinggi, berarti dia punya penyulit lain pada bagian mata, memang baiknya konsul dulu aja biar tenang πŸ™‚
  • Banyak yang bilang proses lahiran saya ini termasuk cepat untuk ukuran kelahiran anak pertama, setelah saya tarik mundur ya saya melakukan hal ini saat mendekati hari HPL : Makan kurma, Main gymball, perbanyak jalan kaki, ajak janin ngobrol kalau kamu bisa kok lahiran normal, kemudian tenang saat kontraksi sudah muncul
  • Saat hamil saya suka banget liatin akun Instagram @bidankita karena akun tersebut sangat positif dan mengempowere ibu hamil untuk bisa melalui proses normal apapun penyulitnya, jadi ya saya kebawa positif deh
  • Dari awal hamil FOKUS berfikir kalau kita bisa lahiran normal & perbanyak mohon sama yang maha kuasa supaya bisa normal
  • Ya misalnya kamu sudah berusaha berjuang untuk lahiran normal tapi kamu harus SC ya itu ikhlasin aja, mau normal mau SC, mau bayi nya IMD, gak IMD, ASIX, Sufor atau Campur itu nggak mengurangi nilai kita sebagai ibu, karena keduanya itu perjuangan banget.
  • Patut kita ingat bersama, apapun dan bagaimanapun ikhtiar kita untuk bisa lahiran normal, anak punya caranya sendiri untuk lahir ke dunia, jangan jadi beban, apapun metode lahirannya yang penting ibu & bayi sehat, selamat, bahagia
  • Udah, itu aja sih yang saya lakukan sebelum saya lahiran. Alhamdulillah saya bisa lahiran normal walaupun suami saya khawatir saya gak bisa normal (saya waktu udah di ruang persalinan, sudah ikhlas aja mau normal atau SC, tapi saya tetap berfikir insyaallah saya bisa normal & alhamdulillah Allah SWT mengizinkan saya untuk merasakan lahiran normal yang ternyata proses jahitnya aduhay~)

Sekian cerita melahirkan dari saya, semoga bermanfaat yah! Jangan lupa cerita proses kelahiran kalian di kolom komen yah & jangan lupa follow akun Instagram saya yah di @yoraanastasha πŸ™‚

 

 

You may also like

9 Comments

  1. Hi mba waktu lahiran nya di RS mana? Dan apakah menggunakan asuransi spt BPJS atau KSB, soalnya sy dengar kalo persalinan normal di RS tdk bisa menggunakan BPJS atau KSB.

    1. Hi, aku di RS Ananda Bekasi, lahiran normal tanpa induksi & semua dicover oleh KBS mba.. Alhamdulillah bisa! setiap RS memang punya kebijakan sendiri sih, jadi sebelum berobat baiknya tanya dulu bisa pake KBS atau tidak yah.
      oia, jangan lupa yah follow IG ku di @yoraanastasha ya πŸ™‚

  2. Halo mba Yora! Saya baca ceritanya sambil nangis gemes lohhh.. Ikut ngerasain betapa bahagianya mba Yora saat itu.
    Saya punya minus 8,5 dan ada silinder jg. Tp saya pengennnn bgt melahirkan normal. Sedangkan saya konsul ke obgyn blm apapa udh dibilang harus SC. Padahal sy blm blg saya minus.. Cm krn katanya sy pernah keguguran sebelumnya.
    Sedih:”(
    Tp dgn baca cerita mba Yora semakin kuat tekad saya utk cari dokter lain yg bener2 pro normal.
    Smg sy bisa melahirkan normal ky mba Yora. Terima kasih sdh berbagi cerita mba!
    Smg mba dan Alea sehat selalu❀

    1. Hai mba, makasih loh sudah baca & sampe nangis gitu..hihi
      kalau saran ku, coba periksa mata dulu mba, kalau kata dokter mata gapapa untuk lahiran normal, ya setelah itu coba kamu konsultasikan ke obgyn.
      soalnya dari awal, obgyn ku itu malah ketawa pas aku takut lahiran normal karena mata minus tinggi, kata dia gak ada hubungannya ~
      setelah ku cek mata & konsul lagi ke obgyn, aku ya di ketawain lagi, haha ya gpp deh diketawain, yang penting udah yakin kalau aman.
      sekarang aku lagi hamil lagi, kemungkinan aku akan cek mata juga karena minus ku nambah & kebetulan obgyn ku pro normal sih, karena dia juga selalu kasih masukan supaya kita tenang & fokus normal, masalah SC itu kalau ada penyulit aja atau kalau urgent.

      temen ku aja, lahiran sama obgyn ku ini, pembukaan gak nambah2, udah minta SC tp obgyn ku cuma bilang ke suster “ganti infuse ya sus”,, abis itu obgyn cuma bilang ke temen ku supaya sabar bentar lagi,jangan cengeng. wkwkwk

      memilih obgyn yang pro normal emang penting, biar kita semangat mba πŸ˜€

Leave a Reply to Dera Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *